Belajar Menulis Gelombang 9
Pertemuan ke-25
Hari / Tanggal: Kamis, 14 Mei 2020
Waktu:
Pukul 13.00 – 15.00 WIB
Pemateri:
Asep Sapa’at
Topik:
Menulis Opini di Media Cetak
Peresume:
Winarti, S. Pd.
Email:
winwinarti2401@gmail.com
MENULIS OPINI DI MEDIA CETAK
ASEP SAPA’AT
Beliau sebagai
Pendidik dan Pemerhati Karakter Guru. Dengan latar belakang pendidikan sarjana
di bidang pendidikan matematika dari Universitas Pendidikan Indonesia.
Pembicara dan
Trainer pada Character Building Indonesia. Sekolah Guru Indonesia, serta Mentor
Sahabat Muda Aktif di komunitas Online
Learning Comunity for Teacher Professional Development, Edith Covan University, Perth – Australia, Litbang di
Klinik Pendidikan MIPA (KPM), GM Pendidikan di Dompet Dhuafa.
Dengan semangat untuk
saling belajar, Pak Asep ingin sharing tentang pengalaman menulis di rubrik
opini dan hikmah Republika. Beliau mengawali dengan
penjelasan tentang mengikat makna. Istilah mengikat makna dipopulerkan oleh
almarhum Hernowo. Segala hal yang berkaitan dengan aktivitas menulis sebagai
cara untuk memaknai hal-hal yang bisa kita lihat, dengar, rasakan, renungi.
Tuliskan Opini /
Pendapatmu di Media Cetak
Tulisan yang
menebarkan kebaikan demi kepentinga orang banyak, yang akan membawa keselamatan
dunia dan akhirat.
Menulislah yang paling mudah kita
tulis
Adalah apapun yang kita yakini,
Kita alami dan kita rasakan.
Setiap orang memiliki hambatan menulis yang
berbeda-beda. Ada hambatan yang disebabkan kesulitan mengalirkan gagasan, ada
juga karena faktor mood, ada pula yang disebabkan karena faktor penguasaan
bahasa serta keterampilan menulis. Namun hakikatnya, setiap diri kita bisa
menulis jika konsisten mau belajar. Hal yang paling mudah ditulis adalah
sesuatu yang dekat dengan diri kita.
Sebelum
pak Asep dapat mempublikasikan tulisan di media masa, beliau belajar menulis di
buku harian. Menulis di buku harian adalah cara ampuh untuk membangun
kepercayaan diri untuk menuangkan gagasan. Kita leluasa mengungkapan apa yang
lihat, dengar, rasakan, atau yang kita renungi. Tanpa rasa takut atau janggung
kita ungkapkan apa yang ingin kita sampaikan melalui tulisan kita di buku
harian. Kata-kata mengalir begitu saja bagaikan derasnya air mengalir tanpa ada
hambatan.
Berikut
ini merupakan ranah dan jenis tulisan yang mungkin sudah tak asing bagi Bapak
dan Ibu guru hebat.
Berdasarkan kajian salah satu guru
menulis yang bernama Mas Bambang Trimansyah, sifat tulisan terbagi ke dalam 4
sifat, yaitu:
1.
Pribadi tertutup, yakni tulisan
bersifat sangat pribadi dan cenderung dirahasiakan agar tidak dibaca atau
terbaca oleh orang lain. Tulisan ini biasanya berupa diari, surat-surat
pribadi, ataupun catatan-catatan rahasia.
2. Pribadi terbuka, yakni tulisan
bersifat pribadi ataupun sangat pribadi, tetapi dibiarkan ataupun disengaja
untuk dibaca orang lain. Tulisan semacam ini muncul akibat perkembangan
teknologi informasi, terutama di dunia internet. Tulisan-tulisan di blog,
situs, ataupun media sosial cenderung banyak yang bersifat pribadi, subjektif,
dan kadang malah dibuat sesuka hati.
3. Publik terbatas, yakni tulisan yang
ditujukan untuk konsumsi orang banyak, tetapi dalam lingkup terbatas, misalnya
lingkup komunitas, lingkup keagamaan, ataupun lingkup sesama teman yang saling
kenal.
4. Publik terbuka, yakni tulisan yang
ditujukan untuk konsumsi orang banyak secara terbuka dan luas meskipun menyasar
pada segmen pembaca tertentu. Tulisan ini bebas dibaca siapa pun yang berminat.
Sifat menentukan untuk siapa tulisan Anda
tujukan. Pada sifat pertama hanya untuk diri sendiri yang membacanya. Sifat 2,
3, dan 4 adalah tulisan yang ditujukan untuk publik sehingga Anda perlu menimbang
tujuan penulisan dan pembaca sasaran.
Sebelum bicara lebih lanjut tentang teknis
untuk membuat tulisan, ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan agar
tulisan kita memiliki ruh atau jiwanya. Menurut Mas Fauzil Adhim, ada 6 aspek
yang harus dikembangkan agar tulisan kita memiliki jiwa.
- visi hidup (cita-cita dan harapan)
- melibatkan emosi saat menulis,
- luas wawasannya (banyak membaca, berdiskusi, jalan-jalan),
- berbagi pengalaman hidup nyata yang pernah dialami,
- menggunakan nalar atau logika yang tepat, dan
- tulisan sebagai hasil perenungan yang mendalam tentang apapun yang akan ditulis.
Menulis bukanlah bermain kata-kata
Susunan kalimat indah
Bisa sangat membosankan ,
Kalau tidak memiliki makna yang
kuat.
Sumber: Dunia kata (M. Fauzhil
Adhim)
Menurut Bambang Trimansyah, ada 5
Proses Menulis yaitu:
- Menggagas
- Menyusun (draf)
- Merevisi
- Menyunting
- Menerbitkan
Penjelasan
kelima proses menulis tersebut sebagai berikut:
1. Menggagas
Menggagas
itu berpikir dan merencanakan
(mengumpulkan bahan referensi, menentukan pembaca sasaran, dan
mengembangkan ide menjadi kerangka karangan).
2. Menyusun draf
Kegiatan
yang dilakukan dalam menyusun draf sebagai berikut:
a.
Menulis bebas
b.
Memasukkan bahan yang relevan dengan pengalaman diri, pengalaman orang lain,
latar belakang ilmu dan pengetahuan yang dimiliki
c.
Memasukkan data dan fakta
d.
Mengembangkan gaya penulisan yang tepat sesuai pembaca sasaran.
3. Merevisi: Membuat Tulisan Lebih
Baik
a.
Membaca ulang naskah secara keseluruhan sambil menandai bagian yang kurang
jelas atau kurang tepat
b.
Menimbang bahan yang harus dibuang karena kurang relevan
c.
Menimbang bahan lain yang dapat memperkaya tulisan.
4. Menyunting: Memastikan Tidak Ada Kesalahan
Memperbaiki
tulisan dari aspek tata bahasa, ketelitian data dan fakta, kesantunan. Tak
boleh ada kesalahan elementer.
5. Menerbitkan
Menentukan
publikasi tulisan pada media yang tepat serta pembaca yang tepat. Kita dapat
memilih media daring atau media cetak.
Di
luar teknis menulis yang disampaikan di atas, faktor nonteknis seperti disiplin
menulis, tak pantang menyerah mengirimkan tulisan ke media meski sering ditolak
dan tak dimuat, juga tak berhenti belajar meningkatkan keterampilan menulis.
Jauh
sebelum tulisan pak Asep dimuat di
rubrik opini dan Hikmah Republika, sejak tahun 2007 beliau konsisten menulis di
Republika Online.
Nah
ini jadi faktor nonteknis, punya jalinan silaturahim dengan para redaktur di
media masa. Kita mendapatkan informasi dan masukan dari para redaktur agar
kualitas tulisan lebih baik dan potensial dimuat di media cetak.
Untuk
bisa menulis dengan baik maka kita perlu menyiasati waktu menulis dan tema
supaya apa yang kita tulis sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh pembaca. Kita
harus sensitif dengan momentum yg akan terjadi, misal, 6 hari lagi merupakan
momen Hari Kebangkitan Nasional. Nah, dari sekarang sudah mulai menyiapkan
bahan belanja gagasan, tentukan ide yang akan ditulis, dan tuliskan dan
kirimkan tulisannya paling lambat sehari sebelum tanggal 20 Mei itu merupakan Prinsip umum.
Selain
kita mengetahui prinsip umum menulis, apa yang menjadi syarat sebuah tulisan
opini atau artikel layak cetak di suatu media?
Syarat paling utama tulisan opini
atau artikel layak cetak di media masa adalah:
- ide orisinal dan menarik,
- data dan fakta yang disajikan sahih,
- tata bahasa baik, dan sesuai dengan kriteria dari redaktur media cetak tersebut
Kesimpulan:
- Pada hakikatnya, setiap diri kita bisa menulis jika konsisten mau belajar.
- Hal yang paling mudah ditulis adalah sesuatu yang dekat dengan diri kita.
- Menulislah yang paling mudah kita tulis adalah apapun yang kita yakini, kita alami dan kita rasakan.
Mantuul....
ReplyDeleteJoss. Ayo menulis di media cetak
ReplyDelete