Thursday, May 14, 2020

MENULIS OPINI DI MEDIA CETAK


Belajar Menulis Gelombang 9
Pertemuan ke-25
Hari / Tanggal: Kamis, 14 Mei 2020
Waktu: Pukul 13.00 – 15.00 WIB
Pemateri: Asep Sapa’at
Topik: Menulis Opini di Media Cetak
Peresume: Winarti, S. Pd.                   

MENULIS OPINI DI MEDIA CETAK


ASEP SAPA’AT
Beliau sebagai Pendidik dan Pemerhati Karakter Guru. Dengan latar belakang pendidikan sarjana di bidang pendidikan matematika dari Universitas Pendidikan Indonesia.

Pembicara dan Trainer pada Character Building Indonesia. Sekolah Guru Indonesia, serta Mentor Sahabat Muda Aktif di komunitas Online Learning Comunity for Teacher Professional Development, Edith Covan University, Perth – Australia, Litbang di Klinik Pendidikan MIPA (KPM), GM Pendidikan di Dompet Dhuafa.

Dengan semangat untuk saling belajar, Pak Asep ingin sharing tentang pengalaman menulis di rubrik opini dan hikmah Republika. Beliau mengawali dengan penjelasan tentang mengikat makna. Istilah mengikat makna dipopulerkan oleh almarhum Hernowo. Segala hal yang berkaitan dengan aktivitas menulis sebagai cara untuk memaknai hal-hal yang bisa kita lihat, dengar, rasakan, renungi.

Tuliskan Opini / Pendapatmu di Media Cetak
Tulisan yang menebarkan kebaikan demi kepentinga orang banyak, yang akan membawa keselamatan dunia dan akhirat.


Menulislah yang paling mudah kita tulis
Adalah apapun yang kita yakini,
Kita alami dan kita rasakan.

Setiap orang memiliki hambatan menulis yang berbeda-beda. Ada hambatan yang disebabkan kesulitan mengalirkan gagasan, ada juga karena faktor mood, ada pula yang disebabkan karena faktor penguasaan bahasa serta keterampilan menulis. Namun hakikatnya, setiap diri kita bisa menulis jika konsisten mau belajar. Hal yang paling mudah ditulis adalah sesuatu yang dekat dengan diri kita.
Sebelum pak Asep dapat mempublikasikan tulisan di media masa, beliau belajar menulis di buku harian. Menulis di buku harian adalah cara ampuh untuk membangun kepercayaan diri untuk menuangkan gagasan. Kita leluasa mengungkapan apa yang lihat, dengar, rasakan, atau yang kita renungi. Tanpa rasa takut atau janggung kita ungkapkan apa yang ingin kita sampaikan melalui tulisan kita di buku harian. Kata-kata mengalir begitu saja bagaikan derasnya air mengalir tanpa ada hambatan.


Berikut ini merupakan ranah dan jenis tulisan yang mungkin sudah tak asing bagi Bapak dan Ibu guru hebat.
Berdasarkan kajian salah satu guru menulis yang bernama Mas Bambang Trimansyah, sifat tulisan terbagi ke dalam 4 sifat, yaitu:
1. Pribadi tertutup, yakni tulisan bersifat sangat pribadi dan cenderung dirahasiakan agar tidak dibaca atau terbaca oleh orang lain. Tulisan ini biasanya berupa diari, surat-surat pribadi, ataupun catatan-catatan rahasia.
2. Pribadi terbuka, yakni tulisan bersifat pribadi ataupun sangat pribadi, tetapi dibiarkan ataupun disengaja untuk dibaca orang lain. Tulisan semacam ini muncul akibat perkembangan teknologi informasi, terutama di dunia internet. Tulisan-tulisan di blog, situs, ataupun media sosial cenderung banyak yang bersifat pribadi, subjektif, dan kadang malah dibuat sesuka hati.
3. Publik terbatas, yakni tulisan yang ditujukan untuk konsumsi orang banyak, tetapi dalam lingkup terbatas, misalnya lingkup komunitas, lingkup keagamaan, ataupun lingkup sesama teman yang saling kenal.
4. Publik terbuka, yakni tulisan yang ditujukan untuk konsumsi orang banyak secara terbuka dan luas meskipun menyasar pada segmen pembaca tertentu. Tulisan ini bebas dibaca siapa pun yang berminat.

Sifat menentukan untuk siapa tulisan Anda tujukan. Pada sifat pertama hanya untuk diri sendiri yang membacanya. Sifat 2, 3, dan 4 adalah tulisan yang ditujukan untuk publik sehingga Anda perlu menimbang tujuan penulisan dan pembaca sasaran.

Sebelum bicara lebih lanjut tentang teknis untuk membuat tulisan, ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan agar tulisan kita memiliki ruh atau jiwanya. Menurut Mas Fauzil Adhim, ada 6 aspek yang harus dikembangkan agar tulisan kita memiliki jiwa.
  1. visi hidup (cita-cita dan harapan)
  2. melibatkan emosi saat menulis,
  3. luas wawasannya (banyak membaca, berdiskusi, jalan-jalan),
  4. berbagi pengalaman hidup nyata yang pernah dialami,
  5. menggunakan nalar atau logika yang tepat, dan
  6. tulisan sebagai hasil perenungan yang mendalam tentang apapun yang akan ditulis.

Menulis bukanlah bermain kata-kata
Susunan kalimat indah
Bisa sangat membosankan ,
Kalau tidak memiliki makna yang kuat.
Sumber: Dunia kata (M. Fauzhil Adhim)

Menurut Bambang Trimansyah, ada 5 Proses Menulis  yaitu:
  1. Menggagas
  2. Menyusun  (draf)
  3. Merevisi
  4. Menyunting
  5. Menerbitkan

Penjelasan kelima proses menulis tersebut sebagai berikut:
1. Menggagas
Menggagas itu berpikir dan merencanakan  (mengumpulkan bahan referensi, menentukan pembaca sasaran, dan mengembangkan ide menjadi kerangka karangan).

2. Menyusun draf
Kegiatan yang dilakukan dalam menyusun draf sebagai berikut:
a. Menulis bebas
b. Memasukkan bahan yang relevan dengan pengalaman diri, pengalaman orang lain, latar belakang ilmu dan pengetahuan yang dimiliki
c. Memasukkan data dan fakta
d. Mengembangkan gaya penulisan yang tepat sesuai pembaca sasaran.

3. Merevisi: Membuat Tulisan Lebih Baik
a. Membaca ulang naskah secara keseluruhan sambil menandai bagian yang kurang jelas atau kurang tepat
b. Menimbang bahan yang harus dibuang karena kurang relevan
c. Menimbang bahan lain yang dapat memperkaya tulisan.

 4. Menyunting: Memastikan Tidak Ada Kesalahan
Memperbaiki tulisan dari aspek tata bahasa, ketelitian data dan fakta, kesantunan. Tak boleh ada kesalahan elementer.

5. Menerbitkan
Menentukan publikasi tulisan pada media yang tepat serta pembaca yang tepat. Kita dapat memilih media daring atau media cetak.

Di luar teknis menulis yang disampaikan di atas, faktor nonteknis seperti disiplin menulis, tak pantang menyerah mengirimkan tulisan ke media meski sering ditolak dan tak dimuat, juga tak berhenti belajar meningkatkan keterampilan menulis.
Jauh sebelum tulisan pak Asep  dimuat di rubrik opini dan Hikmah Republika, sejak tahun 2007 beliau konsisten menulis di Republika Online.
Nah ini jadi faktor nonteknis, punya jalinan silaturahim dengan para redaktur di media masa. Kita mendapatkan informasi dan masukan dari para redaktur agar kualitas tulisan lebih baik dan potensial dimuat di media cetak.

Untuk bisa menulis dengan baik maka kita perlu menyiasati waktu menulis dan tema supaya apa yang kita tulis sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh pembaca. Kita harus sensitif dengan momentum yg akan terjadi, misal, 6 hari lagi merupakan momen Hari Kebangkitan Nasional. Nah, dari sekarang sudah mulai menyiapkan bahan belanja gagasan, tentukan ide yang akan ditulis, dan tuliskan dan kirimkan tulisannya paling lambat sehari sebelum tanggal 20 Mei itu merupakan  Prinsip umum.
Selain kita mengetahui prinsip umum menulis, apa yang menjadi syarat sebuah tulisan opini atau artikel layak cetak di suatu media?

Syarat paling utama tulisan opini atau artikel layak cetak di media masa  adalah:
  • ide orisinal dan menarik,
  • data dan fakta yang disajikan sahih,
  • tata bahasa baik, dan sesuai dengan kriteria dari redaktur media cetak tersebut
Jangan pernah berhenti menulis demi mebarkan kebaikan untuk orang bamyak. Siapa tahu dari apa yang kita tulis itu sangat bermanfaat bagi orang lain.


Kesimpulan:
  • Pada hakikatnya, setiap diri kita bisa menulis jika konsisten mau belajar.
  • Hal yang paling mudah ditulis adalah sesuatu yang dekat dengan diri kita.
  • Menulislah yang paling mudah kita tulis adalah apapun yang kita yakini, kita alami     dan kita rasakan.












 [u1]

2 comments: