Tuesday, May 5, 2020

KISAH SEORANG PENULIS YANG MEMPUNYAI DAYA JANGKAU DAKWAH LEBIH LUAS


Belajar Menulis Gelombang 9
Pertemuan ke-18
Hari / Tanggal: Senin, 4 Mei 2020
Waktu: Pukul 13.00 – 15.00 WIB
Pemateri: Ukim Komarudin                 
Topik: Pengalaman Menerbitkan Tulisan di Penerbit Mayor
Peresume: Winarti, S. Pd.             

KISAH SEORANG PENULIS YANG MEMPUNYAI DAYA JANGKAU DAKWAH  LEBIH LUAS


Ada kehebatan dari seorang penulis. Kehebatan itu jelas ekspresinya. Tulisannya juga punya daya jangkau dakwah yang lebih luas dalam menebar kebaikan. Ia juga punya legacy atau warisan untuk pertinggal jejak kebaikannya, yakni tulisannya. Menulislah, setiap hari. karena anda akan menemukan kebahagiaan; menulis berarti kita MENCIPTAKAN SEJUMLAH KEBAIKAN.

Pak Ukim Komarudin berpikir, bahwa  menulis merupakan ekspresi pribadinya. Oleh karena itu, Beliau merasa sangat penting agar dirinya memiliki tempat mencurahkan segala kegelisahan atau apapun bentuknya. Lalu Beliau menemukan menulis adalah sarana yang tepat buatnya. Beliau tak pernah merasa khawatir, terkait dengan kualitas tulisannya.

Beliau juga tidak perduli  dengan ragam atau apa yang menjadi trend di masyarakat. Pokoknya menulis. Menulis adalah kebutuhan. Beliau merasa menemukan lebih tentang dirinya dengan menulis. Demikian hal itu terus berjalan hingga jika tidak dilakukan seperti ada sesuatu yang hilang. Demikianlah Beliau menulis dengan jujur, sejujur-jujurnya. Apa adanya. Selain menulis apa adanya, Beliau pun menulis apa saja. Karena Beliau seorang guru, menulisnya terkait pelajaran, beragam kegiatan berupa proposal, liputan kegiatan yang harus dituliskan di majalah, dan menulis buku harian. Begitu setiap saat diisi dengan menulis.Hingga sampai suatu hari, tulisan-tulisan itu mulai dilirik orang-orang terdekat, yang dalam hal ini teman-teman guru. Satu dua teman berkomentar bahwa tulisannya  bagus. Istilah mereka, tulisan saya emotif. Kata mereka juga, tulisannya  dapat membuat pembaca larut dalam cerita. 

Ada juga yang mengatakan bahwa bahasanya sederhana dan mudah dicerna oleh pembaca. Ada juga yang mengaku bahwa sepenggal tulisannya dapat dijadikan ceramah atau kultum, dsb. Karena komentar tersebut, maka Beliau pun mencoba membukukan tulisan-tulisannya yang selama ini merekam semua kejadian karena Beliau memang senang membuat buku harian. Ada beragam kejadian, tetapi tema besarnya, yang  dituliskan merupakan pelajaran seorang dewasa (guru) dari anak-anak "cerdas" yang menjadi siswanya. Oleh karena tulisan itu beragam kejadian, beragam waktu, dan dari beragam tokoh, maka pak Ukim menuliskan judul buku tersebut, "Menghimpun yang Berserak." Sebuah usaha untuk mengumpulkan segenap mutiara yang berserakan dalam kehidupan yang sangat bermanfaat baginya , dan semoga bermanfaat pula buat orang lain (pembaca).

Demikianlah waktu itu, Beliau yang kebetulan menjadi penanggung jawab penerbitan buku di sekolah. Beliau menyisipkan karya pribadi, selain karya bersama (berlima) menulis dan berupaya menyusun buku mata pelajaran.
Pak Ukim diinterview terkait dua bagian buku.

  •        Pertama, buku bersama yakni buku mata pelajaran.

Kriteria buku pelajaran yang layak diterbitkan adalah:
(1) menunjukkan penggunaan pendekatan baru;
(2) lebih lengkap;
(3) penulisnya memang berkualifikasi luar biasa;
(4) Naskah renyah (enak dibaca);  dan diutakan dari hasil penelitian lembaga-lembaga pendidikan terbaik.
  •  Kedua, buku pribadinya, "Menghimpun yang Berserak." Dalam kesempatan interview itulah Beliau banyak mendapatkan pengetahuan terkait tips dan trik menerbitkan buku.
Dalam kesempatan interview itulah Beliau banyak mendapatkan pengetahuan terkait tips dan trik menerbitkan buku.
Dari interview itu Pak Ukim banyak mendapatkan pelajaran menyangkut hal-hal yang tadinya tidak terpikirkan.
1. Pelajaran atau informasi itu awalnya, membuat Beliau tidak nyaman karena menabrak prinsip menulisnya .
2. Umpamanya, "Apakah ketika   menulis buku"menghimpun yang Berserak" ini sudah memperkirakan akan laku di pasaran?"
3. Kalau sudah ada,  apakah bukunya mempunya nilai tambah sehingga pembaca melirik dan membeli bukunya? Untuk kepentingan pasar,
4. "Apakah pak Ukim bersedia apabila beberapa hal terjadi penyesuaian (diganti)? dst. 
5. Terus terang, Beliau merasa kurang nyaman dengan interview itu.
6. Beliau merasa diam-diam mulai "dipenjara". Inikan ekspresi pribadiku , mengapa orang lain bisa mengatur hal-hal yang sangat privasi?
Menyebalkan! Begitu, oleh-oleh pulang dari interview. Jujur, ada jarak agak lama berselang setelah kejadian itu. Beliau menganggap perlu waktu untuk menjernihkan pikiran. Untunglah manusia itu punya sahabat. Pak Ukim menceritakan permasalahan yang  dirasakan kepada teman yang sudah menjadi penulis "beneran". Hebatnya, temannya menceritakan bahwa pengalaman yang pak Ukim dapatkan itu baik dan mestinya disyukuri. Ia kemudian menjelaskan tentang proses menulis yang melibatkan tim agar tulisan yang kita buat sampai kepada pembaca. Ia menyudutkan pak Ukim dengan mengatakan bahwa sikapnya  menyebabkan tulisannya  hanya untuk sendiri, kalau pun nanti ada yang membaca itu hanya segelintir orang saja. Itu berarti, pak Ukim minimal dalam memberi manfaat buat orang lain atau istilah lainnya  egois.

Pak Ukim tersadar telah mendapatkan ilmu pengetahuan lebih ketika beliau menjelaskan tentang tim yang akan menyebabkan karyanya  dapat dinikmati orang banyak. Temennya  menjelaskan bahwa yang telah menginterview itu mungkin editor, sebab beliaulah garda depan yang menentukan naskah itu layak diterbitkan atau sebaliknya. Menurut temannya  itu, naskahnya sepertinya  punya potensi atau "layak" untuk diterbitkan. Tetapi sebagai pemula, karya pak Ukim memang harus dipoles di sana sini.

Jika nanti naskah itu bisa melewati editor, maka proses "menjadi" memang mengalami banyak hal. Ada bagian gambar sampul, ilustrasi, photo jika diperlukan, tata letak, dan lainnya. Yang jelas, semuanya merupakan tim.  Kasarnya, semuanya akan menyukseskannya, begitu temannya meyakinkannya.
Tugas  Editor:
      Mencari & menyeleksi naskah/penulis.
      Mengawal naskah mentah hingga menjadi buku.
      Melengkapi data administrasi penerbitan naskah.
      Mencari gambar untuk melengkapi isi buku jika diperlukan.
      Mengoordinasikan kebutuhan ilustrasi dan foto kepada desainer dan ilustrator.
    Bekerja sama dengan layouter untuk rancangan tata letak dan perubahan konten seiring koreksi.
      Membantu proses promosi buku.
Oleh-oleh itulah yang menyebabkan pak Ukim menindaklanjuti pertemuan dengan penerbit. Selain hal-hal yang umum tentang buku mata pelajaran yang ditulis bersama, Beliau mengkhususkan pikiran ke buku "Menghimpun yang berserak". Yang menenangkan, editor menceritakan bahwa semua hal menyangkut bukunya, selalu dalam konfirmasi. Artinya, semuanya akan terjadi jika pak Ukim setuju.

Demikianlah pak Ukim menjelani proses, hingga akhirnya ada proses sebelum naik cetak,  yang sangat penting dalam proses kreatif, yakni:
1. menerima dami atau calon buku yang sama persis jika akhirnya bisa dicetak.
2. Beliau gembira sekali menerima buku dami itu.
3. Terus terang saking gembiranya, pak Ukim menandatangi saja kontrak kerjasama tanpa membaca persentase yang kelak akan diterima. Diduga sikap itu bukan sembrono, tetapi karena memang pak Ukim menulis bukan untuk hal tersebut.
4. Akhirnya, pak Ukim mendapat konfirmasi ketika  dapat kabar bahwa ada meeting terkait dengan terbitnya bukunya.
-    Pertama, saya menerima buku pribadi, kalau tidak salah jumlahnya hanya 5 buku. Buku tersebut berstempel tidak diperjual belikan.
-       Kedua, pak Ukim diajak bicara terkait dengan teknis launching Buku "Menghimpun yang Berserak". Ini soal bagaimana membuat bukunya  laku. Saat itu Beliau merasa sangat bodoh dan kurang dapat memberikan masukan yang berarti.
-       Ketiga, saya diberitahu bahwa penerbit menerbitkan jumlah yang diterbitkan pada penerbitan pertama ini dan kurang lebih 6 bulan kemudian Beliau baru akan mendapat royaltinya. Untuk hal tersebut juga Beliau tidak pandai memberi masukan.
5. Peran pak Ukim sebagai penulis kemudian adalah mengusahakan bukunya  dapat dinikmati orang lain. Kala itu agak sulit karena media sosial belum sedasyat sekarang. kebetulan Beliau pembicara, sehingga berupaya menjual buku-bukunya  pada kesempatan bicara tersebut.
Ada beberapa kejadian menerbitkan buku kembali, kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya hingga yang menjelang terakhir buku, "Arief Rachman Guru". Semuanya mirip-mirip pengalaman dengan penerbit.

Mengapa suatu naskah ditolak?

  •     Kurang nilai ekonomisnya
  •     Materi/Judul tidak sesuai dengan fokus bisnis Penerbit
  •     Sudah ada buku sejenis di Penerbit
  •     Penulis tampak kurang menguasai materi
  •    Penulis tampak tidak mampu menuangkan idenya dengan baik, sekalipun penulis menguasai materi.
  •      Penuhnya kapasitas produksi Penerbit (masuk dalam penundaan terbit).
Jika penulis menginginkan tulisannya diterbitkan oleh penerbit maka harus memperhatikan syarat-syarat tulisan atau naskah yang baik. Dengan diterbitkannya sebuah tulisan menjadi buku maka isinya dapat diambil manfaatnya tidak hanya oleh penulis itu sendiri tetapi bermanfaat juga buat orang banyak.
  
Adapun kriteria naskah yang baik:
      Naskah harus merupakan karya asli
      Belum pernah dipublikasikan penerbit lain
      Memiliki jalan cerita yang menarik
      Naskah ditulis dengan rapi (logis dan sistematis)
      Memiliki peluang pasar yang baik
      Tidak menimbulkan kontroversi, terutama berhubungan dengan moral dan agama
      Tidak merupakan karya plagiat
      Lengkapi dengan sinopsis
      Sertakan kelebihan dan kekurangan naskah yang Anda miliki dibandingkan dengan buku-buku bertema serupa yang sudah beredar di pasar.

Menulislah terus, jangan takut tulisnya jelek, 
karena tulisan yang baik adalah tulisan yang sudah selesai penyampaian ide dan isinya.
Tulisan tanpa ide maka tulisan tidak memiliki tujuan


Kesimpulan:
  •  Biasakan menulis setiap hari, apa saja yang kalian ingin tulis demi untuk mengumpulkan segenap mutiara yang berserakan dalam kehidupan ya g sangat bermanfaat bagi diri sendiri dan semoga bermanfaat juga buat orang lain.
  • Menulis itu bisa dijadikan sebagai  sarana dakwah yang memiliki daya jangkau lebih luas dalam menebar kebaikan.
  • Menulislah setiap hari karena Anda akan menemukan kebahagiaan dan berusaha untuk menebarkan kebaikkan sepanjang masa.

2 comments: